Kecemburuan
yang dikenal dalam bahasa Arab sebagai ghoirah dan dalam bahasa
Inggris disebut jealousy merupakan gejala fitrah, wajar dan alamiah
dari seseorang sebagai rasa cinta, sayang dan saling memiliki,
melindungi (proteksi) dan peduli. Namun pada kenyataan keseharian rasa,
cemburu tidak jarang mendapatkan stigma dan konotasi yang selalu
negatif sebagai bentuk ekspresi dan refleksi yang tidak pada tempatnya,
norak, egois, curiga dan sebagainya.
Abu Faraj
menjelaskan dalam An-Nira bahwa menurut Mu’awiyah terdapat tiga macam
kemuliaan, yaitu sifat pemaaf, mampu menahan lapar dan tidak berlebihan
dalam memiliki rasa cemburu (yang tidak pada tempatnya). karena
berlebihan itu merupakan hal melampaui batas dan merupakan suatu
kezhaliman terhadap pasangannya.
Cemburu tak hanya milik
laki-laki, tapi juga milik kaum wanita. bahkan wanitalah yang dominan
memiliki sifat ini karena merupakan tabiatnya. dan perasaan cemburu ini
paling banyak muncul pada pasangan suami istri. (Fathul Bari 9/384).
Menurut Al-Hafiz Ibnu Hazar Al-asqalani,
Asal dari sifat cemburu bukanlah hasil usaha kaum wanita. namun wanita memang di ciptakan dengan sifat tersebut.
Namun bila cemburu itu melampaui batas, dari kadar yang semestinya maka menjadi tercela.
Bila seorang wanita cemburu kepada suaminya, karena sang suami melakukan perbuatan yang di haramkan seperti :
1. Berzina,
2. Mengurangi hak atau berbuat zalim dengan mengutamakan madunya (bagi suami yang memiliki lebih dari satu istri)
Maka kata Al-Hafiz, cemburu seperti itu dibolehkan. dengan syarat ada bukti bukan hanya sekedar sangkaan.
Janganlah kalian berlebihan mencemburui pasangan karena sesungguhnya Allah tidak suka cemburu yang berlebihan.
Memang
pada umumnya, akan terasa menyesakkan dan hidup dalam kesengsaraan dan
penderitaan bila seorang wanita selalu dibayangi perasaan cemburu.
Seorang wanita bijak pernah berkata, “Aku pernah mendapati seorang
teman yang begitu menderita, banyak mengeluh, pencemburu, karena
suaminya sering bepergian. Ia juga merasa cemburu ketika suaminya
membuat janji dengan rekan kerja, sedang menelpon atau sedang menulis
surat, atau bahkan ketika sedang termangu dan tersenyum malu. Ia merasa
yakin bahwa dalam pikiran suaminya pada saat itu terdapat wanita
lain.”
Kondisi pikiran dan kejiwaan seperti ini timbul
dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Secara internal
mungkin karena ia tidak mampu mengendalikan kecemburuan dan potensi
kewaspadaannya dengan bijaksana sehingga kehilangan kepercayaan pada
suaminya dengan merugikan dirinya sendiri berdasarkan sesuatu indikasi
sumir yang belum jelas masalahnya. Adapun secara eksternal memang tidak
menutup kemungkinan ada banyak indikasi yang mengarah kepada kelayakan
suami untuk dicemburui, dicurigai ataupun diwaspadai seperti
penampilan genit, mata keranjang maupun ‘gatelan’.
Meskipun demikian, rasa cemburu sebenarnya tidak hanya dihinggapi kaum wanita saja melainkan juga kaum pria.
Semuanya
itu yang ideal memang seharusnya ditepis dengan cara mencegah rasa
cemburu untuk berubah menjadi duri dalam daging, pasir dalam pikiran
bayangan hitam yang menyelimuti perasaan maupun dengan cara klarifikasi
(tabayyun), koreksi (tanashuh), maupun introspeksi (muhasabah) secara
lapang dada, kepala dingin dan pikiran jernih sebelum segalanya
terjadi.
Sebab, jika tidak maka keadaan rumah tangga akan
menjadi semakin genting, kritis, parah dan susah mengobatinya yang
berakibat pada kesengsaraan.
Bukankah Allah telah
berpesan dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.
At-Tahrim:6)
Imam Ibnul Qayyim dalam Raudhatul Muhibbin
(hal.241-242) menganjurkan para wanita muslimah untuk meniru
karakteristik bidadari surga yang berhati suci sebagaimana disebutkan
Allah dalam firman-Nya: “dan untuk mereka di dalamnya terdapat
isteri-isteri yang suci.” (QS. Al Baqarah:25).
Yaitu
dengan membangun kejiwaan yang bersih dari perasaan cemburu yang tidak
pada tempatnya, sikap kepribadian yang menyakiti hati suami, dan
menjauhkan dari benak mereka untuk memikirkan pria lain selain suami
mereka.
Imam Al Munawi dalam kitab Al-Faidh justru
menyatakan bahwa wanita yang paling mulia dan yang paling luhur
cita-citanya adalah mereka yang paling pencemburu pada tempatnya. Maka
sifat seorang beriman yang cemburu (ghoyyur) pada tempatnya adalah
sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh Rabbnya. Siapa yang mempunyai
sifat menyerupai sifat-sifat Allah, maka sifat tersebut berada dalam
perlindungan-Nya dan mendekatkan diri seorang hamba kepada rahmat-Nya.
Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah itu memiliki sifat
cemburu dan orang-orang beriman juga memilikinya. Adapun rasa cemburu
Allah ialah ketika melihat seorang hamba yang mengaku dirinya beriman
kepada-Nya melakukan sesuatu yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari dan
Nasa’i).
Kehilangan rasa cemburu dan tumbuhnya sikap
ketidakpedulian pada pasangan hidup dan keluarga baik para istri maupun
suami dengan membiarkan penampilan, perilaku dan aktivitas keluarga
mereka tanpa kontrol (muraqabah) dengan dalih saling percaya meskipun
realitas di depan mata mengundang fitnah dan membawa indikasi negatif
akan membuka peluang bagi penodaan kehormatan dan citra keluarga sangat
dibenci dalam Islam yang mana Nabi melaknat perangai dayyuts yakni
kehilangan rasa cemburu pada keluarga agar tidak jatuh kepada
kemaksiatan.
Beliau juga bersabda: “Orang-orang mukmin itu pencemburu dan Allah lebih pencemburu.” (HR. Muslim).
Cemburu
dalam arti yang positif di sini harus didasari cinta (mahabbah) karena
Allah, bukan karena emosi hawa nafsu dan egoisme agar keluarga
terselamatkan dari api neraka. Saad bin ‘Ubadah berkata: “Dengan cinta
itu pula sebuah kebahagiaan hidup seseorang akan terasa semakin sempurna
(abadi).”
DAH dulu ACH.. kalo di bahas bisaa panjaaaaang
bgt, masih banyak sumberlain yang dapat dijadikan daftar pembahasan
tentang CEMBURU,, akan tetapi, saya nya udah malas ngetik-nya,,
cuawaaapeeee mau sahuuuRRR.
No comments:
Post a Comment
KOMENTAR ANDA SANGAT BERGUNA BAGI PENGEMBANGAN BLOG KAMI
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda disini,
Dengan cara :
1. Ketik Komentar anda pada kotak komentar
2. Klik Postkan Komentar,
3. Klik logo google akun/mendaftar google akun bagi yang belum memiliki google akun,
Apabila komentar dianggap menghina suku/ras/golongan atau bersipat Melecehkan.. maka kami dengan terpaksa akan menghapusnya/tdk menayangkannya.
Terimakasih atas kunjungannya